Gangguan Gerak pada Lansia

  Medikaholistik.com     Jun, 26 2013      50,041 views

Beberapa insiden dan prevalensi gangguan gerak bertambah sesuai dengan bertambahnya usia. Hal tersebut diakibatkan oleh proses penuaan itu sendiri atau diakibatkan karena penggunaan obat-obatan yang dapat mencetuskan terjadinya gangguan tersebut. Dalam pengobatan pada pasien geriatri penting untuk diperhatikan apakah gangguan tersebut berasal karena proses penuaan atau sungguh merupakan gangguan karena akan mempengaruhi dalam terapi yg akan diberikan

Gangguan gerak atau disebut dengan gangguan ekstrapiramidal merupakan kelainan regulasi terhadap gerakan volunter. Gangguan ini merupakan bagian sindroma neurologik berupa gerakan berlebihan atau gerakan yang berkurang namun tidak berkaitan dengan kelemahan (paresis) ataupun spastisitas.

Gangguan gerak disebabkan karena kelainan pada ganglia basal, dibagi menjadi 2 yaitu hipokinetik dan hiperkinetik. Gangguan hipokinetik diartikan adanya hipokinesia (berkurangnya amplitudo gerakan), bradikinesia (melambatnya gerakan), akinesia (hilangnya gerakan), seperti pada penyakit Parkinson. Pada gangguan hiperkinetik terjadi gerakan berlebih, abnormal, dan involunter, seperti pada tremor, athetosis, dystonia, hemibalismus, chorea, myoclonus, dan tic.

Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang sifatnya kronik dan progressi. Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, dapat terjadi pada pria dan wanita, terutama usia lanjut. Penyakit ini menyerang 2% orang berusia 65 tahun ke atas dan 4-5% menyerang orang berusia 85 tahun ke atas. Etiologi belum diketahui (idiopatik). Akan tetapi ada beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah diidentifikasikan, yaitu :

  1. Usia. Tidak semua orang tua menderita penyakit Parkinson namun penyakit ini meningkat pada usia lanjut diatas 50 tahun dengan puncaknya pada usia 70 tahun, penyakit ini jarang timbul pada usia dibawah 40-50 tahun.
  2. Rasial. Angka kejadian penyakit Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit berwarna.
  3. Genetik. Telah dibuktikan mutasi yang khas tiga gen terpisah (alpha - Synuclein, Parkin, UCHL1) dan empat lokus tambahan (Park3, Park4, Park6, Park7) yang berhubungan dengan Parkinson keturunan. Kebanyakan kasus idiopatik Parkinson diperkirakan akibat faktor - faktor genetik dan lingkungan.
  4. Lingkungan.
    1. Toksin : MPTP (1 methyl, 4 phenyl, 12,3,6 tetrahydropyridine), CO, Mn, Mg, CS2, Metanol, Sianid
      Pengunaan herbisida dan pestisida
      Infeksi
  5. Cedera Kranioserebral. Mekanismenya masih belum diketahui. Trauma kepala, infeksi dan tumor di otak lebih berhubungan dengan Sindrom Parkinson daripada penyakit Parkinson.
  6. Stres Emosional. Stess emosional diduga juga merupakan faktor resiko.

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang memiliki manifestasi klinis luas meliputi simptom motor dan non motor. Gejala klinis utama penyakit parkinson dapat diwakili dengan TRAP (Tremor, Rigiditas, Akinesia, dan Postural Instability). Adapun gejala penyakit Parkinson pada seseorang, yaitu :


  1. Motorik
    TRAP (resting Tremor, Rigiditas, Akinesia/bradikinesia, dan instabilitas Postural) merupakan gejala klinis utama dari penyakit parkinson. Sebagai tambahan postur fleksi dan freeezing (motor blokade) termasuk dalam gejala klasik parkinsonisme.
    1. Tremor
      Salah satu ciri khas paling awal yang dapat ditemui dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu atau sedang tidur, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor. Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah, rahang, dan jari tangan. Namun berbeda dengan essential tremor, jarang melibatkan leher, kepala, atau suara. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, tetapi pada perkembangan penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
    2. Rigiditas
      Pasien parkinson mengalami peningkatan tonus otot yang muncul saat pemeriksaan menggerakan tangan, leher, atau tungkai secara pasif. Dapat terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda bergerigi sehingga gerakan menjadi putus-putus (fenomena cogwheel). Manuver Froment (gerakan volunter pada anggota tubuh kontralateral) dapat dilakukan untuk membantu mendeteksi kasus rigiditas ringan.
    3. Bradikinesia
      Bradikinesi merupakan ciri khas gangguan ganglia basalis, ditandai dengan kesulitan merencanakan, memulai, dan melakukan gerakan serta melakukan tindakan simultan/sekuensial. Gerakan volunter untuk melakukan kegiatan sehari-hari menjadi lambat, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, dan sulit mengancingkan pakaian.

      Manifestasi lain bradikinesia termasuk berkurangnya gerakan spontan, air liur menetes karena kesulitan menelan, monotonik dan hipofonik disartria, hilangnya ekspresi wajah (hipomimia), berkurangnya refleks berkedip, dan hilangnya ayunan lengan saat berjalan. Bradikinesi berkaitan dengan kondisi emosional pasien, dalam pengertian pasien dapat melakukan tindakan secara cepat seperti menangkap bola, atau lari ketika terjadi kebakaran. Fenomena kinesia paradoksika ini menunjukkan bahwa pasien parkinson memiliki program motorik yang intak tapi kesulitan mengaksesnya tanpa adanya triger eksternal.
    4. Postur tubuh dan gaya jalan (marche a petit pas)
      Rigiditas leher dan tubuh (rigiditas axial) membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek. Pada stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan. Kondisi tersebut diperparah dengan berjalan dan lebih baik pada saat duduk atau berbaring terlentang serta bertumpu pada meja atau dinding tembok.

  2. Non motorik
    1. Disfungsi otonom
      1. Air liur menetes (drooling)
      2. Inkontinensia urin : urgensi, frekuensi berkemih yang meningkat, dan nokturia merupakan gangguan yang sering dialami orang tua. Pasien parkinson juga mengalami rigiditas dan bradikinesia yang membatasi kemampuan mereka untuk pergi ke kamar mandi.
      3. Konstipasi : diet rendah serat, aktifitas yang sedikit, dan obat-obatan dapat berpengaruh pada konstipasi
      4. Gangguan seksual, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.
      5. Gangguan termoregulasi: pasien parkinson dapat mengalami hiperhidrosis atau keringat banyak, intoleransi panas dan dingin, dan hipotermis.
      6. Hipotensi ortostatik
      7. Dermatitis seboroik : karena hiperaktivitas kelenjar sebum
    2. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
    3. Gangguan sensibilitas
      1. Nyeri dan parestesi dapat dijumpai umumnya pada tungkai
      2. Kepekaan kontras visual lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna
      3. Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (hiposmia atau anosmia)

  3. Gejala Psikiatrik
    1. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
    2. Ganguan kognitif, lambat menanggapi rangsangan, dementia
    3. Psikosis, terkait dengan pengobatan dopaminergik

Share :